Investment Copywriter
Dunia finansial digerakkan bukan saja dengan fakta dan realita; itu adalah faktor jangka panjang. Dalam jangka pendek, dunia finansial digerakkan oleh narasi. Inilah produk dari media, berita, influencer, sosial media, broker, sampai ke gosip saham.
Kalau kita pikirkan dengan seksama, kita akan sadar bahwa selalu ada cerita versi bagaimana sebuah bisnis itu bagus. Dan versi lainnya bagaimana sebuah bisnis itu jelek. Itulah berkah dari profesional copywriter di dalam dunia investasi. There are always two sides of the story.
Coba kita berandai-andai. Anda seorang jurnalis dan disuruh buat artikel. Besok hujan, dan IHSG turun. Anda pasti bisa menulis donk. Misalnya di karenakan hujan, maka mood para bandar tidak baik, mau nya menjual. Atau misalnya karena hujan, aktifitas ekonomi melambat.
Gimana kalau hujan dan IHSG naik? Bisa juga. Karena hujan, maka kekeringan tidak menjadi masalah, sehingga pasar bersorak sorai. Dengan adanya hujan, maka banyak aktivitas pertanian menjadi semakin baik.
Itu kerjaan seorang investment copywriter. Cukup banyak demandnya. Karena itu kenyataannya. Kalau kita tarik ke situasi kita, itu adalah kenyataan pahit seorang investor juga. Ketika mempertimbangkan sebuah saham atau bisnis, sadar atau engga, kita sering berpikir ala copywriter.
Betapa tidak. Untuk setiap keputusan investasi, selalu ada pro dan cons. Tidak ada perusahaan yang sempurna. Ibarat menilai kecantikan rupa seseorang. Kecantikan dan kebaikan bisa muncul dalam rupa yang beragam, ada komponen relativitas / subjectivitas. Kejelekan, di sisi lain, merupakan absolut. Biasanya orang setuju ketika melihat sesuatu yang tidak baik atau jelek.
Perusahaan yang baik bisa asset-light, bisa pula asset-heavy. Bisnis yang baik bisa growing, bisa juga shrinking. Maka itu, tetap ada kemungkinan salah di dalam analisa investasi kita. Apalagi dengan copywriting mindset di dalam investing.
Ketika bisnis lagi bagus, biasanya otak kita akan memfilter dan hanya menerima argumen bahwa bisnis itu bagus. Karena otak kita mencari justifikasi untuk berinvestasi di sana. Sama seperti justifikasi dosa, kalo di cari-cari pasti ketemu. Masih ingat 2020-2021 ketika bisnis software menjadi raja? Katanya bisnis bagus, dengan moat, capital light, monopoli, dengan management yang hebat. Di tahun 2022, seakan-akan itu hilang semua. Dan semua itu dihapus dengan kata-kata seperti inflasi, evergrande, tapering, perang, etc. Sebegitu hebatnya kemampuan copywriting manusia.
Nah, sampai di sini, anda sudah menyadari kenapa saya mengatakan update dari berita tidak menambah value yang banyak terhadap perjalanan investasi kita? Karena yang anda baca di media, kebykan copywriting, bukan analisa. Yang valuable di media mungkin data yang disajikan, tapi kesimpulan yang dibuat itu tidak banyak membantu. Krn sifatnya, mengarang, bukan berpikir.
Jebakan ini sesungguhnya berakar pada natur manusia yang sangat dalam. Yakni keinginan untuk mengetahui sesuatu secara presisi. Natur yang mendorong manusia untuk berkembang di iptek, justru juga menjebak kita ketika kita mencoba mengetahui apa yang tidak bisa kita ketahui. Kenapa astrologi, tarot, dan garis tangan masih banyak di anut? Karena penganutnya berhasil menguasai sebuah bidang di mana narasi dapat dikendalikan. Ketika narasi bisa dikendalikan 100%, maka fakta dan hasil akhir tidak lagi relevan.
Tidak heran, Mr. Market sangat volatil. Karena pasar merupakan representasi dari mayoritas partisipannya. Ketika pasar lagi bagus, maka semua orang semangat. Ketika pasar lagi turun, maka semua orang panik. Kalau mau jujur, jika kita bisa konsisten, dan mempunyai keberanian untuk membeli ketika pasar panik, maka hasil dari investasi kita akan jauh lebih baik.
Oleh karena itu, saya tidak mau berkutat terlalu lama dengan yang namanya makro ekonomi. Menurut saya, makro bisa membantu kita utk mengerti sejarah, tapi kemampuan makro ekonomi untuk memberikan return di dalam investasi kita? I am skeptical on that. Saya bisa memberikan alasan kenapa kenaikan suku bunga tidak baik untuk industri perbankan. Saya juga bisa memberikan alasan kenapa kenaikan suku bunga baik untuk perbankan. Tergantung bias mana yang anda mau.
Pada akhirnya, sebagai investor kita harus memiliki kemampuan untuk melihat secara objective. Walaupun sebagai manusia, hal itu mustahil kita capai dengan sempurna. Meskipun kita bisa salah. Lalu bagaimana donk? Ingat, secara jangka panjang, ekonomi kita membaik, manusia makin berkembang. Jadi ga usa terlalu takut. Begitu banyak pebisnis yang gagal, tapi secara umum, negara makin maju, kota makin makmur. You need to be an optimist to be entrepreneur and investor.
We are investing in a growing and improving world. Jika hal ini tidak benar, atau anda hidup di negara di mana hal ini tidak benar, maka pertanyaannya, kenapa anda masih berpikir soal investasi? Anda harus mempertimbangkan untuk pindah jikalau ingin hidup yang lebih baik. Bukan berpikir lagi soal investasi.
If you do your investment homework well, dan bisnis yang anda lakukan menambah value, diisi dengan orang yang mau bekerja, mau berkarya, maka saya percaya Tuhan ga buta. Orang yang bekerja akan di ganjar ama Tuhan. Orang yang sabar, orang yang rajin, orang yang memiliki intensi baik. Meskipun ada yang diberikan banyak, ada yang diberikan sedikit. Tapi itu kodrat yang saya percaya. Bagaimana dengan yang ga sabaran, yang ga mau memahami investasi? Mereka yang buat perusahaan untuk nipu, yang tidak menghargai karyawan dan alam, yang mengecilkan partner bisnis? Biarlah pembalasan milik Tuhan.
We make mistakes all the time. Dan tiga hal yang akan meringankan itu. Pertama, secara umum, bisnis dan ekonomi membaik. Artinya kita berinvestasi di positive-sum game. Bayangin di mana anda mengerjakan soal True False Test di mana nilai kelulusan itu 30%. Atau membeli asuransi di mana anda di byrin untuk membeli polis. Sulit untuk kalah, kecuali anda secara konsisten melakukan hal yg bodoh. It's the same with the market.
Kedua, komponen yang paling susah ditebak adalah situasi jangka pendek, terlalu banyak variable yang tidak diketahui. Namun, secara jangka panjang, biasanya kita bisa memilih bisnis yang akan survive. Pertanyaannya adalah berapa banyak return yang anda dapatkan. Kalau anda ingin return sedikit di atas pasar, saya rasa tidak susah.
Ketiga, kalau kita memiliki bisnis yang memiliki return di atas biaya modal, ia akan bisa menghasilkan nilai, yang akan diberikan dalam bentuk pengembalian modal, atau di reinvestasikan ke bisnis. Artinya? Anda bisa salah jangka pendek, tapi kalau jangka panjang anda benar, maka anda bisa turut menikmati return dari keputusan holding anda. Intinya, dari kesabaran anda.
Kalau begitu, apa beda investment copywriter dengan investment analysis donk? Toh dua2nya bisa salah. Bedanya copywriter tidak punya komitmen yang mendalam dengan apa yang ditulis. Sedangkan analisa yg baik akan menghasilkan conviction mendalam buat investor, bukan saja dari sisi bisnisnya tapi juga penentuan harga beli/entry dari investasi tersebut.
Conviction bukan berarti memiliki keyakinan buta, tapi yang lebih penting, memiliki kejelasan faktor apa yang bisa kita ketahui, dan faktor yang tidak bisa ketahui. Conviction bukan sekadar mengetahui banyak, tapi mengetahui sedikit yang berpengaruh. It is not how we know, but knowing the little things that matter.
Investment return belongs to those who can learn from their mistakes, and who have enough conviction to stay with the investment long enough to enjoy the business return. Both needs a good analysis, not merely a copywriting.