Unggahan ini ditulis di Instagram Maret 2022. Saya percaya apa yang saya kemukakan tahun lalu, masih sangat relevan di tahun ini, di tengah keributan dan distorsi dari media finansial.
Di dalam dunia saham, ada banyak general wisdom yang dipercaya khalayak ramai. Wisdom ini harus di uji dengan waktu, karena ada wisdom yang tak lekang oleh waktu, tapi juga ada ‘wisdom’ yang bersifat shortcut atau rule of thumb. Nah, ‘wisdom’ yg ini perlu kehati-hatian, krn ia tidak selalu benar setiap waktu. Ada konteks dan rationale di mana ‘wisdom’ ini berlaku.
Dalam rangka menyambut musim dividen, aku ingin membahas soal telur emas.
Setiap tahun, selalu ada musim di mana para pemerhati pasar saham memperingati soal dividend trap. Fenomena ini dapat dideskripsikan kira-kira begini:
Anda mau beli ayam. Tapi para ‘expert’ sekalian ini memperingati, bahwa ada musim di mana ayam bertelur, dan ketika telur ini keluar, maka harga ayam akan turun. Kita tidak tau turun sedikit atau banyak, tapi hati-hati saja.
Pertama-tama, saya mau meluruskan konteks saya bicara. Saya berbicara dari sisi seorang investor yg memiliki time horizon 1 tahun ke atas. Artinya ketika saya berinvestasi, saya melihat saham sebagai sebuah bisnis. (kalau anda memiliki time horizon di bawah itu, saya sangsi bahwa itu bisa disebut kegiatan investasi).
Poin saya mengenai dividend trap, adalah sebuah istilah yg absurd dalam konteks investasi. Make sense untuk seorang trader yg memiliki jangka waktu pendek, tapi tidak untuk seorang investor.
Ada alasan yang valid kenapa harga saham turun ketika dividend itu diberikan. Seekor ayam yg akan bertelur emas tentu saja memiliki nilai yang berbeda sbelum telur itu dikeluarkan dan setelah. Tapi kerangka dividend trap ini memiliki asumsi bahwa adalah hal yang tidak baik ketika membeli seekor ayam sblm telur itu keluar. Pertanyaannya, apakah ini benaran trap, atau ini adalah kerangka yang keliru?
—
Jika seekor ayam bertelur emas 1x setahun, tapi di hargai 25 telur emas, maka ketika dividend dikeluarkan, harga ayam berkurang menjadi 24 butir telur. Kenapa? Kata proponent dividend trap, karena 1 butir telur itu sudah dikeluarkan. Dengan logika seperti ini, maka dividend trap akan lebih ketara di ayam yang dihargai 10 telur. Atau dengan kata lain, efek dividend trap seharusnya lebih keliatan di perusahaan yang memiliki valuasi rendah.
Kalau kita bedah lebih lanjut, dividend menggunakan cash yang ada di balance sheet. Walaupun dividend sering disandingkan dengan income (dengan angka payout ratio), tapi dividend tidak serta merta mengubah kualitas perusahaan. Sama seperti tindakan peminjaman uang, atau right issue, hal ini akan mengubah capital structure, bukan business model dari perusahaan. Dan harus dipertimbangkan dengan kerangka yang sesuai. Kalau minjam duit, apakah mampu membayar. Kalau right issue/buyback, apakah di harga yang bagus. Kalau bagi dividend, apakah sustainable?
Efek dividend trap ini tidak selalu keliatan di semua saham. Seperti fenomena di pasar lainnya (such as january effect, window dressing, dan konsep lainnya yang wasting time anda), dividend trap ini akan diperkuat dengan participant yang mempercayainya. Semakin banyak yang percaya, semakin kuat efeknya.
Jika hal ini benar, maka ini akan memudahkan kita mengerti kenapa dividend trap ini adalah sebuah istilah yang membingungkan dan tidak relevan untuk seorg investor.
—
Ketika dividend di keluarkan, anda terima uang keras. Uang itu berpindah dari kas perusahaan ke kantong pribadi anda. Hal ini tidak sulit dipelajari, seandainya perusahaan dihargai senilai buku. Coba lihat dari perspektif perusahaan yang dihargai menurut aset, bukan kemampuan menghasilkan di masa depan. Katakanlah perusahaan dihargai 10,000, dan memiliki aset = modal sebanyak 10,000 dlm bentuk tunai. Ketika perusahaan membagikan 1,000, maka uang tersebut berpindah dari kas perusahaan ke kantong anda. Nah, wajar jika harga perusahaan bergerak dari 10,000 menjadi 9,000. (Ingat, dalam kondisi normal, kalau perusahaan dihargai menurut aset, tidak ada investor bijak yang mau membeli di harga buku.)
Apakah 10,000 sebelum dividend lebih buruk dari 9,000 setelah dividend? Sehingga kita harus mewaspadai dividend trap? Bodoh. Ketika anda memegang saham di harga 10,000 dengan kas 10,000 tidak beda (secara praktis. Kalau secara teori, ada hitung2annya, dan beda) dengan memegang saham di harga 9,000 dengan kas 9,000.
Bagaimana kalau turun ke 9,500? Bagus. Berarti anda bisa menjual saham perusahaan di harga segitu setelah dividend, dan mengantongi 10,500. Dividend trap? Engga. Malahan anda di bayar lebih untuk bisa bersabar dan menunggu.
Bagaimana kalau turun ke 8,000? Artinya lebih baik anda menjual di 10,000. Tapi ketika ini terjadi, yg terjadi kepada anda, bukanlah dividend trap. Anda harus berpikir 100x kenapa pasar menghargai sisa kas 9,000 di bawah nilai buku. Dividend is a distraction. Tentu nya ini merupakan contoh yang disederhanakan.
—
Bagaimana kalau kita membeli sebuah perusahaan di atas nilai buku? Tentunya seseorg membeli perusahaan di atas harga buku bukan karena bukunya, tapi karena kemampuan menghasilkan. Harga diatas buku hanyalah sebuah deskripsi, sebuah output, bukan alasan utamanya. Dalam hal ini, katakanlah sebuah perusahaan dihargai 2x harga buku di karenakan kemampuan menghasilkan 1000 pertahun. Aset perusahaan masih sama di 10,000, tapi sekarang harga perusahaan di 20,000, atau 20x P/E.
Apa yang terjadi ketika perusahaan memberikan dividend 1,000 keluar? Tetap sama. 1,000 dari kas perusahaan berpindah ke kantong anda. Pertanyaan selanjutnya, kalau terjadi efisiensi yang sempurna, berapa penurunan yang wajar? Apakah turun 1,000 karena kas yang berpindah keluar? Atau apakah turun 500, karena kas yang berpindah keluar di hargai 2x buku? Pasar bingung. Dari sinilah kita bisa mengerti kenapa fenomena dividend trap itu tidak konsisten. Hal ini terjadi karena kas yang di dalam perusahaan dihargai 2x, sedangkan ketika kas itu tiba di kantong anda, diharga 1x. Perspektif yang diambil oleh partisipan pasar, apakah sebagai investor perusahaan public atau sebagai penerima dividend (walau keduanya sama), akan menentukan berapa besar harga saham akan turun setelah dividend.
Tapi ini seharusnya tidak menjadi sumber kebingungan. Ingat bahwa, dalam skenario ini, harga buku hanya merupakan output, bukan sumber valuasi perusahaan. Valuasi sebenarnya ditentukan oleh earning perusahaan. Kalau memang kita membeli sebuah perusahaan berdasarkan earning, maka penurunan jangka pendek tidak menjadi sumber kekuatiran anda, karena anda yakin, jangka panjang, harga akan mengikuti fundamental perusahaan. Bukan mengikuti aset perusahaan..
Artiny, given enough time, dlm kasus perusahaan tersebut, dividen drop itu akan perlahan2 hilang. Ironisnya, kalau ini skenarionya, maka waktu terbaik untuk membeli perusahaan ini adalah sebelum dividen nya dibagikan.
—
Skenario pertama, ibarat seekor ayam yang hanya bisa menghasilkan 5 telur emas sepanjang hidupnya. Tentu saja anda tidak mau membayar seekor ayam seharga 5 telur emas apabila di dalamnya tinggal 4 telur emas. Ini bukan dividend trap, simply ini adalah matematika.
Skenario kedua, ibarat seekor ayam yang setiap tahun bisa menghasilkan 1 telur emas 20-30 tahun ke depan. Apakah anda peduli terlalu banyak dengan dividen trap ini? Sebuah distraksi dan pembodohan. Fokus anda tidak seharusnya ditempatkan di kapan ayam bertelur, atau apakah ayam sudah bertelur tahun itu atau engga. Fokus anda seharusnya ada pada ayam tersebut, apakah benar2 bisa bertelur, dan apakah harga yang ditawarkan cocok.
Fenomena dividend trap ini kalau kita lihat sungguh membodohi. Tidak sedikit yang mempunya kebiasaan untuk menjual saham sebelum dividend, dan membelinya kembali setelah dividend. Mungkin tindakan ini masih bisa di terima dengan ada nya pajak dividend 10%, tapi kalau masih dilakukan di waktu sekarang (di mana dividend di pajakin 0% kalau di reinvestasi), saya merasa itu sebuah aktivitas yang merupakan distraksi.
Semuanya ini akan menyebabkan lebih banyak transaksi (dan akhirnya komisi) dan mempersulit perjalanan investasi anda.
Kalau anda jeli, sebenarnya anda bisa melihat bahwa juga ada skenario perusahaan yang di hargai di bawah nilai buku. Ketika perusahaan memiliki 10,000, dan dihargai 0.5x BV, maka anda membeli seharga 5,000. Ketika dividend 1000 dibagikan, kalau pasar menurunkan harga senilai dividend, maka anda memiliki kesempatan membeli perusahaan yang memiliki kas 9,000 di harga 4,000. Tentunya sekali lagi, fokus anda bukanlah di dividend, tapi di perusahaan tersebut.
Silakan renungkan dan simpulkan. Jika anda mengerti ini, anda akan ketawa dengan dividend trap. Karena meskipun saya merasa dividend trap itu semu adanya, tapi saya sungguh percaya dengan dividend opportunity.
—