Ngantri
Mengantri merupakan salah satu aktivitas mutlak manusia. Dari antrian tol, antrian ayam goreng, potong rambut, imigrasi, sampai antrian cewek idaman anda.
Saya sering mengantri ketika traveling. Dan ketika memasuki sebuah negara, sering sekali terlihat beberapa antrian. Kalau Indonesia, biasanya ada 4 pilihan jalur (CGK), 2 (KNO). Di Singapur, kalo lg sibuk, bisa sampai 8 jalur.
Melihat itu, jiwa saya tidak tahan, dan berusaha untuk menganalisa, jalur mana yang paling cepat. Langkah pertama biasanya mengintip barisan antrian yang terbentuk. Coba memperkirakan berapa panjang, dan kira2 siapa saja yang berasa di antrian. Antrian dengan keluarga dan anak biasanya akan lebih cepat karena sering diberikan jalur khusus. Pelajaran teknik industri akan sangat membantu dalam analisa antrian ini. That is what my mind is thinking when I am queueing.
Kalau anda jurusan teknik industri, maka anda pasti tau bahwa skenario seperti ini merupakan hal yg sering dibahas di dalam Queueing Theory. Teori dan model memperjelas beberapa hal yang penting. Pertama, there is no 100% uncertainty. Antrian yang pendek bisa menjadi lebih lama hanya karena satu orang di depan punya masalah dengan paspornya. Antrian panjang bisa menjadi cepat kalau tiba-tiba di samping counter kosong di buka.
Kedua, ada hal yang tidak bisa dianalisa dan tidak bisa diketahui sebelum terjadi. Misalnya, kita tidak akan bisa mengetahui kapan counter kosong dibuka, tapi kita bisa memastikan kita bisa menangkap kesempatan itu dengan berbaris di antrian paling ujung.
Tapi di atas semuanya itu, exercise seperti ini walaupun menarik, bisa menjebak kita ketika dilakukan berlebihan. Bagaimana? Jikalau kita menghabiskan begitu banyak waktu menganalisa tapi kita tidak mulai memilih barisan untuk antri. 15 menit yang kita pakai untuk analisa, bisa dipakai untuk mengantri, dan posisi antrian kita akan lebih bagus.
Sama seperti saham, terkadang begitu byk kekuatiran kita, sehingga kita menganalisa terlalu lama dan lupa masuk ke dalam barisan. Yaitu mulai investasi. Ingat, antrian tidak diam saja ketika kita berpikir. Barisan akan perlahan maju. Di dunia nyata, waktu demi waktu berlalu, perusahaan tetap beroperasi, dividen dan pertumbuhan tetap berjalan. Itulah opportunity cost kita. Dan kita masih sibuk menganalisa kapan waktu yang tepat dan mana pilihan terbaik.
Ini sebuah pelajaran penting buat investor follower saya. Ketika mayoritas investor retail di luar terjebak dengan FOMO, yaitu buru-buru mengantri tanpa berpikir, maka investor follower saya harus mengkalibrasi diri agar tidak terjebak di kesalahan sisi lainnya, overanalyze.
Ingat, sambilan mengantri, kita masih bisa melanjutkan pemikiran kita. Ketika dalam antrian kita, maka kita juga bisa melaju bersama antrian yang bergerak. Daripada megang cash, anda mengekspos diri kepada aktivitas dan ekonomi real. Tentu saja kalau anda tidak melakukan kesalahan dasar seperti membeli perusahaan yang jelas-jelas overvalue. Seperti kata Munger, "instead of trying to be very intelligent, try to be consistently not stupid."
Lagipula, tujuan kita bukan untuk keluar dari imigrasi paling cepat. Tujuan kita adalah keluar dari imigrasi. Kalau bisa cepat, ya syukur. Tapi jangan sampai tidak mulai berbaris. Investasi bukan soal siapa paling cepat mengumpulkan duit. Tujuan investasi? Tanya ke diri anda masing-masing.
Analisa bagus. Berpikir bagus. Tapi jangan lupa, baris dulu yang rapi!